Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

Balada Seorang Pria (Part # 2)

Gambar
Sebenarnya, selain alasan yang kukemukakan pada bagian awal dari tulisan ini, ada satu lagi alasan yang membuatku enggan untuk berpacaran. Alasan yang kutemukan seiring dengan berjalanannya waktu. Alasan yang membuatku bisa bertahan dari berbagai godaan yang datang. Alasan yang membuatku lebih memilih untuk menjawab “tidak”, saat mereka menyatakan keinginannya untuk memilikiku. Alasan yang bisa membuatku bertahan saat virus merah jambu itu datang, menelusup ke dalam jiwa, mencoba menguasai akal, hati dan pikiranku. Hmm, mungkin kalian sudah tahu jawabannya. Yah, sepanjang pengetahuanku, agamaku Islam, tidak mengijinkan pemeluknya untuk menjalin hubungan spesial dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Walaa taqrabuzzinaa. Dan janganlah kalian mendekati zina.  Ah, kurasa tak perlu kujelaskan panjang lebar lagi. Percayalah kawan, apapun yang telah Allah dan Rasul-Nya tetapkan, itulah yang terbaik untuk kita. Tak terkecuali untuk urusan pacaran. Aku yakin, semua larangan yang te

Balada Seorang Pria (Part # 1)

Gambar
Selama kurang lebih 22 tahun aku menjalani hidup, tak pernah sekalipun aku menjalin sebuah hubungan khusus -dengan seorang wanita- yang entah sejak kapan telah menjadi sebuah menu khusus bagi sebagian besar anak muda zaman sekarang. Pacaran, istilah trennya. Bukan karena tak ada satupun wanita yang tertarik padaku kawan, bukan itu. Tidakkah kalian lihat di sana mereka sedang mengantri untuk mendapatkan perhatianku? Ah, tidak. Lupakan. Bukan pula karena aku mempunyai kelainan dengan menyukai sesama jenis. Bukan itu. Sederhana saja kawan. Aku hanya tidak memiliki sebuah syarat wajib yang harus dimiliki oleh mereka yang ingin berpacaran. Modal. Ya, modal. Aku yakin kalian semua tahu kawan, siapapun ia, sepas-pasan apapun tampangnya, kalau ia memiliki dompet yang tebal, bisa dipastikan akan ada wanita yang mau dengannya. Walaupun tak bisa dipungkiri hanya terbatas pada mereka, para matrewati. Namun bagaimanapun juga, setidaknya ia telah berhasil merasakan yang namanya pacaran. Ya

Aku Memang Bajingan

Sejak dulu, ingin sekali kukatakan: Aku memang bajingan... Aku memang bajingan... Aku memang bajingan... Aku memang bajingan... dan, Aku memang bajingan... Aku memang bajingan... Aku memang bajingan... Aku memang bajingan... karena, Aku memang bajingan... Aku memang bajingan... Aku memang bajingan... Aku memang bajingan...

Sebuah Refleksi

Gambar
Menjadi bagian dari kelompok minoritas memang tak pernah menyenangkan.. Terlebih ketika perbedaan yang ada di antara kaum mayoritas dan minoritas itu telah menyentuh ranah sensitif yang acap kali menimbulkan perselisihan yang nyata.. Mereka yang menjadi bagian dari kelompok minoritas harus siap menerima predikat "aneh" yang disematkan oleh kaum mayoritas.. Lebih dari itu, mereka harus siap-secara fisik maupun mental- menerima perlakuan-perlakuan yang memang seolah menjadi menu wajib para kaum minoritas.. Pengucilan, anggapan remeh, tatapan sinis, atau bahkan cibiran yg secara langsung keluar dari mulut mereka yg telah terjerat fanatisme sempit terhadap kelompok yang dianutnya.. Maka, tekanan-tekanan seakan telah mjadi sesuatu yang akrab mendatangi para kaum minoritas.. Keadaan seperti itu pernah saya hadapi ketika

~Surat Spesial buat Bidadariku~

Gambar
Assalmu’alaikum Wr. Wb. Sayang, Sampai saat aku menulis surat ini, kukatakan dengan sejujurnya, aku sama sekali belum tahu siapakah namamu, secantik apa wajahmu, dari mana kau berasal, dan dimana dirimu sekarang berada. Namun sungguh, surat ini kutulis sebagai bukti keyakinanku akan keberadanmu, belahan jiwa yang telah Allah pilihkankan untukku dan telah tertulis sejak dulu di Lauh Mahfudz.  Sayang, Aku tidak tahu apakah kita sudah pernah berjumpa sebelumnya, atau belum pernah sama sekali. Namun jika kau sedang membaca surat ini, aku ingin menyampaikan sesuatu padamu. Sayang, Kau tahu, dunia saat ini sudah begitu kacau. Yang benar disalahkan, yang salah dibenarkan. Kedzaliman meraja lela. Pertikaian dan kemaksiatan terjadi di mana-mana. Sungguh menyedihkan. Maka, aku ingin kau berjanji padaku sayang, Bahwa sampai saat kita bertemu nanti, sampai saat aku ucapkan ijab kabulku untukmu di pelaminan kita nanti, berjanjilah...

~The Theory of Relativity~

Gambar
Hai semuanyaaa...!! Malam ini malam minggu ya...?? saya sampai lupa... hahaha.. (maklum jomblo :P) hmm, malam ini, daripada bengong n ngelamun ga jelas,  ijinkan saya berbagi teori baru yang baru saja saya temukan tadi siang.... mau tau...?? apa? mau?? oke deh... perhatikan baik2 ya... hmm... jadi begini... tadi siang, sehabis pulang dari kuliah tambahan AOSTK, saya menyempatkan diri untuk mampir ke miro*a (disensor: takut disangka promosi :P) untuk membeli beberapa keperluan. Kebetulan barang yang ingin saya beli adanya di lantai 3. waktu saya hendak ke lantai 3, saya sengaja berhenti di lantai 2 untuk melihat lihat pakaian dan jaket di mall tempat saya belanja, karena kebetulan ada pakaian yang saya sukai dan ingin saya beli. Dan ketika saya melihat jaket yang saya incar, tertera di sana "Rp.200.000,-". Seketika terlintas rasa sungkan di benak saya  saat melihat harga yang melekat di jaket itu. It's expensive -_-;;

ini....KAMAR PERADABAN ya...??

Gambar
hmmm.... udah lama banget ya semenjak terakhir saya post di blog ini... hampir-hampir lupa kalo ternyata saya punya blog ini.. hahaha; februari 2011, itu posting terakhir yang saya liat di profil saya... oke deh... dengan niat biar ga mubazir udah bikin blog,,, :P bismillah... akan saya mulai kembali aktivitas menulis saya di blog ini... daan.. satu hal yang bakalan bikin beda dari tulisan-tulisan saya sebelumnya (yang cuma 4 biji -_-a), tulisan-tulisan saya berikutnya bakal lebih berwarna,  ga monoton, and lebih 'renyah' tentunya... hehehe.. soo... jreng-jreng-jreng.. selamat datang di "kamar peradaban" yang baru... just wait for my next wrote, and enjoy it... chao... ^^

Perjalanan Mengukir Sejarah

Gambar
Baru saja sebulan, tahun 2011 berjalan. Aroma tahun baru masih cukup terasa hingga menginjak bulan februari ini. Beraneka ragam sikap masyarakat menanggapi momen pergantian tahun ini, seberanekaragam suku maupun bahasa yang ada di negeri ini. Bagi mereka yang menjalani hidup dengan menanggung beban hidup yang semakin menghimpit, momen tahun baru tak berarti apa-apa buat mereka. Pergantian tahun tak bisa menolong mereka lepas dari cengkeraman kejam sesuatu bernama kemiskinan. Buat mereka para gelandangan dan peminta-minta, tahun baru adalah nothing. Sementara itu, Bagi  mereka yang menjalani hidup dengan sekenanya namun bergelimang harta, momen tahun baru ini  merupakan ajang yang tepat untuk berpesta pora, melanjutkan gaya hidup glamour yang telah merekat erat menjerat akal dan fikirnya. Hidup adalah bersenang-senang, dan tahun baru, bagi mereka tak lain dan tak bukan merupakan sebuah ”kesenangan baru”. Bagi mereka yang berpola fikir pragmatis, momen pergantian tahun bukanlah s

PEMUDA DAN KEDERMAWANAN SOSIAL

Jika kita membicarakan tentang kedermawanan sosial, maka kita akan membicarakan manusia dalam ruang lingkup hubungan antar sesama manusia. Dan jika kita membicarakan tentang hubungan antar sesama manusia dalam kaitannya  dengan kedermawanan sosial tadi, maka tak akan pernah lepas dari nilai-nilai kemanusiaan. Bila kita perhatikan, saat ini sikap kedermawanan sosial di masyarakat kita seolah mulai pudar, tergeser oleh sikap individualisme dan sekularisme yang merupakan hasil dari pengaruh westernisasi ala barat. Nilai-nilai kemanusiaan yang merupakan jiwa dari sikap kedermawanan sosial sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. Betapa tidak, di mana-mana dapat dengan mudah kita jumpai para pengemis dan pengamen. Terlebih, kebanyakan dari mereka masih berusia sangat muda, yang pada masa tersebut seharusnya mereka mendapatkan pendidikan yang layak, bukan malah mengais rezeki untuk mempertahankan hidup.  Sementara di sisi lain, mereka yang kaya seakan tak pernah puas terus menerus mempe

POTRET BURAM PENDIDIKAN DI INDONESIA

Membahas masalah pendidikan di Indonesia memang seakan tidak akan pernah ada habisnya. Ketika negara-negara di seluruh penjuru dunia telah berkutat dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di sini, di negeri kita tercinta ini, justru masih sangat sering kita menjumpai anak-anak usia sekolah yang asyik mengamen di lampu-lampu merah. Parahnya, mereka seperti menikmati peran yang sedang mereka mainkan tanpa tahu bahwa seharusnya tempat mereka bukanlah di lampu merah, namun di bangku-bangku sekolah. Di sisi lain, pada tingkatan yang lebih tinggi, ketika ujian nasional tengah berlangsung di tingkatan SMP maupun SMA, praktek-praktek kecurangan mulai marak bermunculan seiring kegalauan berbagai pihak yang memang ”takut” dengan momen tahunan itu. Sungguh merupakan suatu kenyataan yang memilukan. Lalu, siapa yang salah? Kita semua sepakat bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan merupakan ujung tombak kemajuan suatu negara. Suatu negara yang telah maju di berbagai b

PENGORBANAN: SEBUAH EKSTASE TERTINGGI DARI TINGGINYA INTEGRITAS

Ketika kita berbicara tentang arti sebuah pengorbanan, maka kita sedang membicarakan tentang suatu nilai yang agung, suatu nilai yang sangat bersinggungan dengan aspek moral dalam kehidupan manusia, suatu nilai yang hanya terdapat dalam diri segelintir orang, suatu nilai yang hanya dimiliki oleh orang yang memiliki integritas tinggi. Mengapa demikian? Pengorbanan sebagai suatu penjabaran nilai yang hanya dimiliki oleh manusia berintegritas tinggi adalah suatu hal tidak dapat dibantah. Sebelum terlalu jauh, akan lebih baik jika terlebih dahulu kita menyamakan frekuensi mengenai pengertian dari integritas. Integritas, dapat diartikan sebagai konsistensi antara perbuatan dan campuran beberapa aspek moral. Integritas selalu berkaitan erat dengan makna jujur, amanah, komitmen dam konsisten.   Inti dari integritas adalah kesatuan kata dengan perbuatan yang sesuai dengan kode etik dan berlaku untuk segala kondisi. Semua orang pasti memiliki integritas dimana tingkat integritas itu