Balada Seorang Pria (Part # 2)


Sebenarnya, selain alasan yang kukemukakan pada bagian awal dari tulisan ini, ada satu lagi alasan yang membuatku enggan untuk berpacaran. Alasan yang kutemukan seiring dengan berjalanannya waktu. Alasan yang membuatku bisa bertahan dari berbagai godaan yang datang. Alasan yang membuatku lebih memilih untuk menjawab “tidak”, saat mereka menyatakan keinginannya untuk memilikiku. Alasan yang bisa membuatku bertahan saat virus merah jambu itu datang, menelusup ke dalam jiwa, mencoba menguasai akal, hati dan pikiranku.

Hmm, mungkin kalian sudah tahu jawabannya. Yah, sepanjang pengetahuanku, agamaku Islam, tidak mengijinkan pemeluknya untuk menjalin hubungan spesial dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Walaa taqrabuzzinaa. Dan janganlah kalian mendekati zina. 

Ah, kurasa tak perlu kujelaskan panjang lebar lagi. Percayalah kawan, apapun yang telah Allah dan Rasul-Nya tetapkan, itulah yang terbaik untuk kita. Tak terkecuali untuk urusan pacaran. Aku yakin, semua larangan yang telah Allah tetapkan tak lain dan tak bukan adalah karena di dalamnya terdapat keburukan yang lebih banyak dari kebaikan yang kita terima apabila kita melakukannya.

Pernah dulu, si hawa dan si nafsu yang bersemayam di dalam diriku –yang sepertinya tak pernah kehabisan akal untuk menjerumuskanku-
menawarkan sebuah opsi –yang belakangan setelah kusadari adalah opsi terkonyol yang pernah kudengar-, : Pacaran Islami.

Hmm, jangan buru-buru bingung kawan. Akupun tak tahu siapa orang iseng yang telah menciptakan istilah ini. Pacaran islami. Ah, sepintas kedua kata itu terdengar menarik. Namun sebenarnya jika ditelaah lebih jauh, sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin Islam, sebuah kata yang bermakna kabaikan dan kemuliaan, disandingkan dengan kata pacaran, yang, ah… (speechless). Kurasa tak perlu dijabarkan lebih jauh. -_-;

Dan bodohnya, aku sempat dibuat bingung oleh tawaran tersebut. Imanku yang keropos membuatku tergoda. Kolaborasi antara hawa nafsu dan setan-setan disekelilingku meyakinkanku untuk menerima tawaran “menarik” itu. 

Hasilnya, sempat beberapa kali aku terlibat dalam kisah asmara. Tak seperti dalam film-film yang biasanya sangat romantis dan penuh dengan pengorbanan atas nama cinta, kisah cintaku garing. Datar seperti TV flat keluaran terbaru. 

Kusadari ternyata semua itu berpangkal dari satu hal: aku menyukai seseorang dan menyatakan perasaanku pada orang yang kusuka, namun di sisi lain aku tak ingin berpacaran. Dua hal yang bertentangan bukan?

Haha. Tertawa sendiri aku jika memikirkan itu semua. 

Kawan, satu pelajaran penting yang kudapat dari pengalamanku: Jika kau ingin pacaran, jalanilah dengan serius. Namun jika kau ragu, lebih baik tidak usah sama sekali!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

~Surat Spesial buat Bidadariku~

Sebuah Janji

Segurat Rasa