Perjalanan Mengukir Sejarah

Baru saja sebulan, tahun 2011 berjalan. Aroma tahun baru masih cukup terasa hingga menginjak bulan februari ini. Beraneka ragam sikap masyarakat menanggapi momen pergantian tahun ini, seberanekaragam suku maupun bahasa yang ada di negeri ini.

Bagi mereka yang menjalani hidup dengan menanggung beban hidup yang semakin menghimpit, momen tahun baru tak berarti apa-apa buat mereka. Pergantian tahun tak bisa menolong mereka lepas dari cengkeraman kejam sesuatu bernama kemiskinan. Buat mereka para gelandangan dan peminta-minta, tahun baru adalah nothing.

Sementara itu, Bagi  mereka yang menjalani hidup dengan sekenanya namun bergelimang harta, momen tahun baru ini  merupakan ajang yang tepat untuk berpesta pora, melanjutkan gaya hidup glamour yang telah merekat erat menjerat akal dan fikirnya. Hidup adalah bersenang-senang, dan tahun baru, bagi mereka tak lain dan tak bukan merupakan sebuah ”kesenangan baru”.

Bagi mereka yang berpola fikir pragmatis, momen pergantian tahun bukanlah sesuatu yang penting. Tak peduli apapun itu, yang terpenting bagi mereka adalah mereka bisa hidup sesuai dengan kemauan mereka tanpa ada pihak luar yang bisa menginterfensi urusan hidup mereka. Mereka tak mau berpusing-pusing menentukan target hidup. Jangankan menentukan, memikirkannya saja mereka enggan. Filosofi hidup mereka adalah ”biarkan semuanya mengalir seperti air”.
Lain lagi dengan mereka yang menjalani hidupnya dengan visi ya
ng jelas dan terarah. Momen pergantian tahun bagi mereka merupakan saat yang tepat untuk mengevaluasi kinerja mereka selama satu tahun terakhir, menganalisis kekurangan dan kekeliruan yang menghambat langkah mereka mencapai terget, dan kemudian mendisain ulang rencana-rencana hidup selama satu tahun ke depan untuk mencapai tujuan mereka. Bagi mereka yang bervisi hidup jelas, waktu adalah tunggangan menuju keberhasilan. Mereka paham betul, sedikit saja mereka menyia-nyiakan waktu, akan  membuat mereka semakin jauh dengan sesuatu benama keberhasilan. Inilah golongan orang-orang produktif yang dibutuhkan negeri ini.


Bila kita coba tarik garis lurus antara pembahasan di awal mengenai momen pergantian tahun 2011 ini, beastudi etos sebagai suatu program beasiswa yang didirikan oleh Lembaga Pendidikan Insani Dompet Dhuafa tentu saja termasuk ke dalam wilayah golongan mereka yang  memiliki visi yang jelas dan terarah. Dalam program beastudi etos, visinya jelas, membentuk generasi mandiri secara ekonomi dan sikap. Maka, di dalam beastudi etos segala program kegiatan, sarana prasarana dan segala yang berhubungan dengan program ini diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat mengarah kepada visi yang diemban.

Namun, tentu saja di dalam sebuah sistem yang di dalamnya berkumpul berbagai macam variabel yang saling terkait satu sama lain, perubahan merupakan suatu yang tak dapat dihindarkan. Adalah baik jika perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang mengarah kepada perbaikan. Akan tetapi, akan menjadi masalah jika perubahan yang terjadi justru mengarah kepada penurunan kinerja sehingga mengakibatkan degradasi kualitas di dalam sistem yang ada, yang pada akhirnya justru menjauhkan beastudi etos dari visi yang dtargetkan.

Maka, pada momen pergantian tahun ini, merupakan saat yang tepat bagi beastudi etos sebagai program beasiswa yang visioner, untuk mengevaluasi kinerjanya dalam satu tahun terakhir. Jangan sampai, ketidakidealan sistem yang mungkin saat ini ada, dibiarkan saja sehingga membuat program ini berjalan dengan tidak optimal.

Lebih mengkrucut lagi, etos jogja sebagai bagian dari keluarga besar beastudi etos memiliki kepentingan yang sama pula. Dan di sini, komunikasi sebagai alat paling krusial dalam menjembatani kepentingan berbagai elemen yang ada di dalam sistem bernama beastudi etos ini merupakan hal yang pertama kali harus dievaluasi, dianalisis dan kemudian dicari solusi konkrit yang ada. Tentu saja solusi tersebut harus dapat menutupi semua kelemahan di masa lalu sehingga dapat membentuk etos jogja sebagai sebuah sistem yang kuat dan solid.

Dan saat ini, etos jogja sedang berada pada momentum yang sangat tepat untuk membuktikan kesolidannya. Kegiatan Temu Etos Nasional (TENS) maupun Olmpiade Etos Nasional (OENS) yang biasanya dilakukan di LPI pusat, untuk tahun ini, dan untuk pertama kalinya, dipercayakan kepada beastudi etos wilayah jogja untuk berperan sebagai tuan rumah kegiatan tahunan etos terakbar itu.

Apakah akan sukses atau akan berantakan?

Semua tergantung pada seluruh elemen yang ada dalam beastudi etos jogja untuk saling berintegrasi, saling bahu membahu memberikan yang terbaik yang mereka miliki. Dengan menanggalkan keegoisan pribadi, dan didorong dengan kekuatan ukhuwah yang selama ini ada, tidak ada alasan bagi etos jogja untuk tidak menampilkan persembahan terbaiknya tahun ini.

TENS di Jogja?? Why not...??!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

~Surat Spesial buat Bidadariku~

Sebuah Janji

Segurat Rasa