Sebuah Refleksi

Menjadi bagian dari kelompok minoritas memang tak pernah menyenangkan..
Terlebih ketika perbedaan yang ada di antara kaum mayoritas dan minoritas itu telah menyentuh ranah sensitif yang acap kali menimbulkan perselisihan yang nyata..
Mereka yang menjadi bagian dari kelompok minoritas harus siap menerima predikat "aneh" yang disematkan oleh kaum mayoritas..
Lebih dari itu, mereka harus siap-secara fisik maupun mental- menerima perlakuan-perlakuan yang memang seolah menjadi menu wajib para kaum minoritas..
Pengucilan, anggapan remeh, tatapan sinis, atau bahkan cibiran yg secara langsung keluar dari mulut mereka yg telah terjerat fanatisme sempit terhadap kelompok yang dianutnya..
Maka, tekanan-tekanan seakan telah mjadi sesuatu yang akrab mendatangi para kaum minoritas..

Keadaan seperti itu pernah saya hadapi ketika

masih duduk dibangku SMA..
Saat itu saya menjadi salah satu dari sedikit kaum minoritas yang menentang rencana para kaum mayoritas, untuk menghadapi sebuah momen penting bagi kami para siswa SMA..
Praktis, tekanan dari orang-orang sekitar saya seakan menjadi sebuah keniscayaan yang mau tak mau harus saya hadapi..
Bahkan yang terpahit, saya harus bisa menerima kenyatan bahwa satu persatu teman-teman saya mulai menjauhi saya..

Itu baru contoh kecil..
Lebih jauh lagi, jika kita merefleksikan pada apa yang dahulu Rasulullah dan para assabiqunal awwalin hadapi, sungguh luar biasa perjuangan mreka..
Mereka harus menjadi kelompok minoritas yang mendobrak kemapanan sebuah sistem jahiliyah yg ketika itu berkuasa..

Maka, penyiksaan, ancaman, air mata dan darah, menjadi hal yang harus mereka hadapi kala itu..
Semua resiko itu dengan penuh kesadaran dan penuh keyakinan mereka hadapi, hanya demi tegaknya sebuah kalimat, laa ilaaha illallaah..
Tak peduli sahabat atau keluarga, bagi mereka, persaudaraan baru telah terlahir di atas sebuah panji yang kokoh, panji ALLAH azawajalla..

kini, kita lah yang mengecap manisnya..

Dari minoritas, menjadi mayoritas..
Dari gelap gulita menjadi terang benderang..
Dari jahiliyah menjadi amaliyah..

Namun, kini, semangat para pndahulu itu seakan kian luntur..
Tergerus arus-arus jahiliyah yang tak terasa kembali hadir..
Membelai jiwa-jiwa muslim yg telah terlena akan dunia..

Maka, dimanakah kalian "wahai jiwa-jiwa yang tenang"??

Komentar

Postingan populer dari blog ini

~Surat Spesial buat Bidadariku~

Sebuah Janji

Segurat Rasa